ASLABNEWSSAMOSIR

Penjelasan Nurhayati Situmorang Terkait Hilangnya Sartika Sinaga di Uludarat

Rabu, 27 Januari 2021, 08:54 WIB
Last Updated 2021-04-16T08:52:51Z

 

Ketua Komunitas Rumah Hela Dieogo Albertus Naibaho dan Nurhayati br Situmorang saat menjelaskan kronologis hilangnya Sartika Sinaga di Uludarat Samosir.

SAMOSIR-BERITAGAMBAR :

Sejak dinyatakan hilang pada Jumat, 2 Januari 2021 lalu, Sartika Sinaga (30) warga Hutanamora, Pangururan Kabupaten Samosir belum ditemukan hingga hari ini, Selasa (26/1). Namun, di samping itu banyak informasi yamg simpang siur terkait hilangnya Sartika Sinaga.

Video lengkap Komunitas Rumah Hela:



Informasi beredar, Sartika dibawa oleh ahli pengobatan alternatif ke Pegunungan Ulu Darat di Desa Janji Maria Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir, pada 30 Desember 2021 lalu dengan pendamping yang keseluruhan rombongan berjumlah 27 orang. Kemudian, disebut pada perjalanan pulang 2 Januari 2021 Sartika Sinaga berpisah dengan rombongan. Lalu, pihak keluarga baru diberitahu pada 5 Januari 2021.


Pembina Komunitas Rumahela Nurhayati Boru Situmorang di Markas Rumahela, Siogung-ogung, Samosir, Selasa (26/1). Diawali dari penjelasan Komunitas Rumahela oleh Ketua Komunitas Rumahela, Diego Albertus Naibaho.



Rumahela dibentuk dan diinisisasi Ir. Hendri Naibaho untuk melindungi Budaya Batak yang masih original dan jugasitus leluhur orang Batak. Untuk membuktikan komunitas Rumahela setiap tahun tiap tanggal 7 bulan 7.


Rumahela sendiri tidak menutup diri terhadap siapa saja yang mau bergabung. Komunitas Rumahela dibuka untuk persatuan orang-orang Batak yang peduli dengan identitas serta jatidiri Batak, bahkan tidak tertutup bagi orang Non Suku Batak yang justru peduli dengan budaya Batak.


Berkaitan dengan hilangnya Sartika Sinaga, Nurhayati Situmorang pun membeberkan kronologis dan kebenaran atas informasi yang simpang siur. Hubungan Sartika Sinaga dengan Komunitas Rumahela menurut Nurhayati Boru Situmorang, awalnya berkenalan dengan orang tua Sartika Sinaga beberapa waktu lalu. Soalnya, Nurhayati berlangganan tikar anyaman untuk keperluan yang mendukung kegiatan Rumahela, dan tiap tahun mereka pun bertemu dengan orang tua sartika Sinaga, Nai Riduan Boru Simbolon.


Lalu, pada 2019 orang tua Sartika bertanya pada Nurhayati. Kala itu Nurhayati ditanya apakah bisa mengobati putrinya Sartika secara supranatural. Dan ketika itu juga, Nurhayati menolak dan menegaskan dirinya bukanlah paranormal yang meminta mengobati Sartika.


"Saya menolak, saya tidak pangubati (ahli tabib),"saya bilang ketika itu.


Saat itu juga, orang tua Sartika menceritakan tentang kondisi Sartika Sinaga yang sakit dan 10 tahun dibawa kemana-mana tidak bisa sembuh. Termasuk ke pengobatan Medis Rumah Sakit Modren, Sartika juga tak kunjung memperoleh kesembuhan.


Informasi pun simpang siur di Media Sosial, hingga menyebut Komunitas Rumahela meminta Sartika untuk digondangi. Sementara, orang Tua Sartika sendirilah yang meminta agar Sartika Sinaga diikutkan dalam perhelatan Gondang tahun ini, sebagaimana Komunitas Ruma Hela rutin menggelar kegiatan "Margondang" tiap tahun.


Agenda "Margondang" Rumah Hela pun tiba untuk tahun 2020. Pada Oktober 2020 lalu, Nurhayati bertemu dengan Orang tua Sartika Sinaga, rencana hajatan pun diberitahukan kepada orang tua Sartika Sinaga.


Sebelum kegiatan gondang untuk 2020 digelar, Nurhayati ditanyakan kembali oleh orang tua Sartika Sinaga secara teknis. Merespon itu, Nurhayati meminta agar perhelatan serta media yang dibutuhkan untuk Sartika Sinaga disiapkan dalam acara margondang.


Lalu, pada 20 Desember 2020 Sartika dan orang tuanya datang menemui Nurhayati di Markas Komunitas Rumahela di Desa Simullop, Sianjur Mulamula. Pada 21-24 Desember Sartika Sinaga bersama orang tuanya pun ikut bersama Komunitas Ruma Hela dalam ritual mengelilingi Danau Toba.



Pada 24 Desember ritus pun usai, bersama Komunitas Rumahela, Sartika Sinaga dan ibunya kembali ke Rumahela. Usai kegiatan margondang dilaksanakan, menurut pengakuan orang Tua Sartika Sinaga kepada Nurhayati, Sartika Sinaga mengalami perubahan.


"Sartika Sinaga sudah mau mandi, sudah mau nyuci piring, sebagaimaana wanita yang normal,"ujar Nurhayari menceritakan pengakuan Orang Tua Sartika.


Melihat perubahan yang drastis, ketika itu juga orang tua Sartika Sinaga meminta kepada Nurhayati agar meneruskan hubungan dalam mempercepat kesehata Sartika, baik secara fisik dan jasmani. Pada agenda Komunitas Rumahela menjalankan ziarah tahunan yang jatuh pada giliran ke Uluan Darat, orang tua Sartika Sinaga kembali meminta agar Sartika dibawa ke Uluan Darat.


Agenda ke Uludarat pun berlangsung dengan total 26 orang. Terhadap tim yang berangkat, Nurhayati mengingatkan aturan serta norma selama pendakian demi keselamatan rombongan.


Pada saat pendakian, Nurhayati Situmorang tepat berada di depan Sartika Sinaga. Sepanjang perjalanan, Sartika Sinaga disebut berceloteh, namun tetap mereka bimbing.


Meski begitu, selama perjalanan Komunitas Rumahela tetap beriringan berjalan tanpa terpisah-pisah. Bahkan, sesuai medan jalan, rombongan tetap sebaris dalam perjalanan.


Disinggung apakah pada saat itu, ada pengunjung lain di Uludarat, pada saat itu mereka bertemu rombongan lain sejumlah 5 orang yang dipandu Arifin Situmorang. Selanjutnya, Komunitas rombongan Arifin Situmorang pun bergabung dengan Komunitas Rumahela meyampaikan media persembahan untuk para leluhur, di Rumah Bolon Parsaktian Uludarat.


Setelah ritual berdoa selesai, pada 2 Januari 2021 bertepatan dengan rencana pulang dari Pebukitan Hutan Uludarat, ritual terakhir pun dilalui. Nurhayati memandikan Sartika Sinaga, yang kemudian diikuti 8 orang rombongan wanita lainnya.


Usai mandi, Sartika tidak mengganti baju basahan yang dikenakannya usai mandi. Menurut Nurhayati pada saat itu, mereka di sana ada 8 orang wanita dan satu orang laki-laki, bernama Arifin Situmorang.


Melihat Sartika semakin kedinginan, Nurhayati meminta Sartika mengganti basahannya. Lalu, Nurhayati meminta Sartika mengganti baju di semak-semak yang menurutnya tidak bisa terlihat pria dari rombongan lain yang saat itu telah membaur dengan mereka.



15 menit menunggu, Sartika Sinaga tidak muncul dari semak-semak. Nurhayati pun berteriak, mencari Sartika.


Arifin Situmorang pun bergegas memcari Sartika. Nurhati pun langsung memanggillaki-laki lain seperti Freddy Situmorang, rombongan Rumahela yang sedang mandi untuk dikerahkan mencari Sartika Sinaga.


Fredy pun kemudian bergegas, bahkan rekan-rekannya yang lain belum sempat mandi. "Kami pun langsung naik, dan bahkan ada yang belum sempat mandi karena mendengar Sartika Sinaga hilang dari rombongan,"ujar Fredy.


Menurut Nurhayati, pengakuan Arifin Situmorang kepdanya, bahwa seluruh seluk-beluk Pebukitan Hutan Uluan Darat diketahui Arifin Situmorang. "Dan saya percaya itu, karena dia pemandu dari Ransang Bosi. Kami pun mencari sampai jam 12 Malam, tapi lebih dulu si Arifin Situmorang berlari mencari,"ujar Nurhayati.


Pencarian oleh Komunitas Rumahela pun terus dilakukan, meski menurut pengakuan mereka Arifin Situmorang mengatakan mustahil menemukan Sartika dalam dua hari. Hutan pun diseser hingga 5 Januari 2021 demi Sartika Sinaga, meski panggilan tak bersahut. Nurhayati juga meminta bantuan tim pendaki dari Desa Sabulan dan Janji Maria untuk mencari.


Pada 3 Januari, Nurhayati Situmorang pun memberi mandat kepada Bela Tamba dan Musa Tamba memberi informasi ke orang tua Sartika Sinaga lantaran Nurhayati fokus pada pencarian. Alasan Nurhayati memberitahu orang tua Sartika melalui Bela Tamba, karena menurutnya yang terpenting dia lakukan turut dalam strategi pencarian Sartika Boru Sinaga di Uluan Darat, yakni 3 Januari sehari setelah hilangnya Sartika.

Sayangnya, sehari pasca hilangnya Sartika, Musa Tamba tidak jadi pergi memberitahu kepada orang tua Sartika Sinaga. Musa Tamba akhirnya kembali pergi melakukan pencarian bersama Arifin Situmorang.


Kabar kehilangan Sartika Sinaga pun simpang siur di Medsos. Lalu, Nurhayati menghubungi Arifin Situmorang dan menanyakan Musa Tamba melalui sambungan telepon milik Arifin terkait alasan Musa Tamba tidak memberitahukan ke orang tua Sartika.


Selama pencarian, Komunitas Rumahela menemukan barang Sartika Sinaga berupa tas. Menurut Komunitas Rumahela ada kejanggalan, tas yang ditemukan tidak basah, padahal curah hujan cukup tinggi.


Jarak titik temu dari hilangnya Sartika Sinaga dengan tas tersebut sejauh 7 Km ke arah jalan keluar ke Desa Tamba. Dalam keadaan lelah usai pencarian, pada 6 Januari, sebagai bentuk wujud pertanggungjawaban, Komunitas Rumahela pun melapor ke Polres Samosir.



Setelah melapor polisi, mereka hendak memberintahu orang tua Sartika Sinaga. Namun, terdengar kabar bahwa Sartika Sinaga sedang berada di Pollung Humbang Hasundutan, dan Rumahela fokus kepada informasi tersebut demi keberadaan Sartika Sinaga.


Meski sudah melakukan pencarian ke Humbang Hasundutan, Rumahela tidak serta merta berhenti. Rumahela juga meminta suaka di sana agar dibantu melakukan pencarian yakni mulai 7-9 Januari malam hari.


Hingga akhirnya mereka turun dari Desa Sihotang. Kemudian 10 Januari mereka menemui orang tua Sartika.


Sebelumnya, Sartika sering lari dari rumah menurut pengakuan orang tua Sartika kepada Nurhayati. Sayangnya, pencarian lanjutan juga masih terhalang oleh berbagai pihak, seperti kepolisian setempat.

TRENDINGMore