NEWSPERISTIWASUMUT

Mahasiswa Cipayung Di Pematang Siantar Demonstrasi Tolak Kenaikan Harga BBM Ricuh

Selasa, 06 September 2022, 05:53 WIB
Last Updated 2022-09-05T22:53:42Z

Bakar ban dan spanduk dilakukan para mahasiswa dari kelompok Cipayung plus ketika demo menolak kenaikan harga BBM, di badan Jl. H. Adam Malik, depan gedung DPRD Kota Pematang Siantar, Senin (5/9).

 

PEMATANG SIANTAR-BERITAGAMBAR : 

Aksi demonstrasi mahasiswa dari kelompok Cipayung plus menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), mengakibatkan kericuhan di Kota Pematang Siantar.


Kericuhan terjadi setelah mahasiswa yang melanjutkan aksi demo mereka di badan Jl. H. Adam Malik, depan gedung DPRD, Senin (5/9) membakar ban di badan jalan.


Pihak kepolisian yang berjaga di depan gedung DPRD berusaha memadamkan api, namun terhalang tali yang digunakan mahasiswa memagari sekeliling mereka.


Akhirnya, pihak kepolisian dapat menerobos pagar tali yang dibuat mahasiswa dan berusaha memadamkan api. Mahasiswa merasa keberatan dan berusaha menghalangi pihak kepolisian memadamkan api, hingga akhirnya terjadi saling dorong dan berujung kericuhan.

Mahasiswa dari kelompok Cipayung plus, berusaha menerobos masuk ke dalam Mapolres Kota Pematang Siantar ketika hendak mengadukan tindakan kekerasan yang diduga dilakukan personel kepolisian dan penembakan gas air mata.


Dalam situasi yang ricuh itu, pihak kepolisian menembakan gas air mata ke arah mahasiswa, hingga salah seorang mahasiswa terkena tembakan peluru gas air mata. Mahasiswa lainya segera berupaya menolong rekan mereka yang tertembak dan melarikannya ke Rumah Sakit Vita Insani untuk mengobati lukanya.


Beberapa mahasiswa sempat diamankan pihak kepolisian dan membawa ke halaman gedung DPRD. Namun, mahasiswa yang diamankan itu terus meronta-ronta dan mahasiswa lainnya mengejar sambil beteriak-teriak agar rekan mereka dilepaskan.


Akhirnya beberapa mahasiswa itu dilepaskan, meski salah satu mahasiswa sempat tergeletak di halaman gedung DPRD dan beramai-ramai dibawa mahasiswa lainnya.


Protes terhadap pihak kepolisian sempat dilakukan para mahasiswa itu kepada pihak kepolisian yang berkumpul di gedung DPRD, dimana sebagian terlihat membasuh mata mereka yang perih akibat gas air mata.   


K

Kelompok aksi, membacakan tuntutan aksi dihadapan DPRD dan Wali Kota.

Karena tidak ada jawaban, para mahasiswa itu sepakat ke Mapolres yang persis di belakang gedung DPRD, untuk mengadukan tindakan kepolisian yang tidak mereka terima termasuk hendak mengadukan tindakan kepolisian yang menembakan gas air mata, hingga  salah satu mahasiswa terluka.


Namun, personel kepolisian yang berjaga di depan pintu gerbang tidak memperbolehkan mereka masuk. Malah, mahasiswa yang berusaha masuk, didorong sampai ke badan jalan. Akibatnya, seluruh mahasiswa yang datang melampiaskan kekesalan mereka dengan berbagai protes dan berteriak-teriak copot Kapolres.


Saat para mahasiswa berteriak-teriak, Kapolres AKBP Fernando, didampingi Kabag Ops Kompol Muri Yasnal, Kasat Reskrim AKP Banuara Manurung dan lainnya, muncul dan menemui para mahasiswa. Namun, para mahasiswa itu langsung menolak berdialog dengan Kapolres dan meninggalkan Kapolres.


Menjawab pertanyaan tentang tindakan kepolisian yang dinilai mahasiswa melakukan tindakan kekerasan dan menembakkan gas airmata, hingga salah satu mahasiswa terluka, setelah menjelaskan berbagai pengarahan yang disampaikannya ke personel Polres dalam menghadapi demo, Kapolres menyatakan kalau mereka (mahasiswa) mempermasalahkan, dia siap dicopot.


“Kata-kata saya ini, pegang, kalau memang ini pilihan mengenai saya, permasalahan ini, saya siap dicopot, saya siap dievaluasi,” tegas Kapolres.


Mengenai penembakan gas airmata yang mengakibatkan salah satu mahasiswa terluka dan mahasiswa yang mau melaporkan dugaan pemukulan terhadap mereka, Kapolres menyatakan akan mencek dan memeriksa internal mereka lebih dulu.


Sebelumnya, puluhan mahasiswa dari kelompok Cipayung plus terdiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) demo di halaman gedung DPRD.


Selain menolak kenaikan harga BBM, para mahasiswa itu juga meminta pemerintah transparan dalam penyaluran BBM bersubsidi serta mendesak pemerintah dan pihak kepolisian memberantas mafia minyak dan gas, menolak kenaikan tarif dasar listrik dan menolak alih fungsi Gedung Olahraga (GOR).


Wali Kota Susanti Dewayani yang didampingi Ketua DPRD Timbul M. Lingga, Wakil Ketua DPRD Ronald D Tampubolon, Sekda Budi Utari Siregar, beberapa anggota DPRD dan lainnya menyatakan, Pemko dengan tangan terbuka menerima aspirasi dan telah melihat serta menerima tuntutan yang diberikan.


Menurut Wali Kota, tuntutan mahasiswa itu akan mereka fasilitasi, untuk disampaikan ke pemerintah pusat. Namun, para mahasiswa itu tidak puas dengan jawaban Wali Kota itu, hingga melanjutkan demo mereka di Jl. H. Adam Malik. Sedang Wali Kota, Ketua DPRD dan lainnya kembali melanjutkan rapat yang sebelumnya tertunda, karena menerima demo itu.(BG/PS).













  

TRENDINGMore