NASIONALNEWSPERISTIWAUMUM

IMS Gelar Local Media Summit 2022

Kamis, 27 Oktober 2022, 12:22 WIB
Last Updated 2022-10-27T05:22:41Z
IMS menggelar Local Media Summit 2022.


JAKARTA-BERITAGAMBAR :

Wakil Ketua Dewan Pers Agung Darmajaya mengatakan, di era media digital saat ini jumlah media bertambah.


Demikian dikatakan oleh Agung dalam pembukaan Local Media Summit di Jakarta, Kamis (27/10/2022).


"Tapi kadang kita lupa media tumbuh berkembang banyak, tapi jadi sampah," katanya.


Menurut Agung, saat ini yang perlu dipikirkan adalah bagaimana keberlangsungan media yang ada saat ini. Di tengah kompetisi yang semakin ketat, kata Agung, pemilik media butuh kreativitas dan inovasi.



"Jika bicara regulasi sudah khatam, tapi bagaimana setelah hadir, bagaimana mereka hidup," ujarnya.



Tantangan ke depan, kata Agung, kode etik menjadi penting di atas segalanya dan juga dampak dari pemberitaan itu.


"Membuat berita jangan hanya membuat gaduh. Kita bicara tidak hanya konten media, tapi juga knowledgenya dan keberlangsungannya," ungkapnya.



Pemred Suara.com Suwarjono mengatakan, tantangan media lokal saat ini adalah keberlanjutan dari segi bisnisnya.


"Hampir Sebagian besar pemilik media lokal adalah jurnalis yang tahu konten tapi tidak tahu soal bisnisnya," kata Suwarjono.



Menurut Suwarjono, saat ini bisnis media era digital tidak hanya fokus membuat konten, tapi juga harus memikirkan infrastrukturnya agar konten yang diproduksi bisa dibaca banyak orang.



"Bagi teman-teman sekarang yang jadi pemilik media di mana basicnya jurnalis di daerah, yang harus kita pelajari tidak hanya konten. Konten hanya sebagian kecil," ungkap Suwarjono.


Suwarjono menjelaskan ada beberapa hal yang akan dibahas dalam pertemuan ini. Adalah kesenjangan pengetahuan antara media di Jakarta dengan daerah terkait pengetahuan digital, teknologi, dan bisnis model.


Suwarjono mengaku saat ini bisnis model media lokal menghadapi tantangan besar.


"Paling banyak ke depan adalah melakukan eksperimen baru karena belum menemukan titik keseimbangan baru bagi media publisher," katanya.


Selain itu, model lama bisnis media lokal yang berbasis iklan dan langganan sudah ketinggalan ketika diterapkan ke media baru.


"Ini karena orang Indonesia tidak mau berlanggangan, tidak mau membeli sebuah konten. Ini menjadi tantangan cukup berat. Iklan sangat tidak mendukung terhadap pola kerja publisher," jelas Suwarjono.



Sementara bisnis model saat ini yang mengandalkan pageviews, akan berhadapan dengan konten receh, hantu, prank, hoaks.



"Konten receh dengan konten jurnalisme yang pembacanya kecil, secara iklan kalah harganya. Tantangan cukup besar bagi kita untuk beradaptasi, berubah. Poinnya kalau itu diteruskan nasib jurnalisme kita bisa habis kalau model bisnis tetap sama," katanya.


Suwarjono mengatakan, isu ini cukup menantang sehingga butuh banyak sharing mencari pola baru, bisnis model bagi media lokal. Dirinya membagi lima model biaya untuk media atau model bisnis media saat ini.



Pertama, media sebagai konten kreator. Di mana membuat konten untuk platform global seperti Google, Facebook, Twitter, Intagram, TikTok.



Media sebagai konten kreator atau konten provider, kata Suwarjono, ancamannya adalah media jadi tergantung dengan platform tersebut. Ada juga media berbasis berlangganan. Hal ini menurut Suwarjono cukup berat. Ada juga bisnis media sebagai display.


"Membuat media sebagai tempat display sebagai outlet sementara bisnisnya di tempat lain. Saya kebayang 2024 ,media sebagai outlet dipakai calon-calon,” ujarnya.


Keempat, media dikelola berbasis donor yang memiliki konten niche.


"Kelima adalah menggabungkan banyak model. Dia menggunakan ekosistem digital baik untuk distribusi bagi digital, agensi, PH. Lima model ini mnearik tapi butuh model baru lagi supaya tidak stagnan," jelasnya.



Bicara soal desentralisasi media, menurut Suwarjono, keberlangsungannya yang jadi bahasan penting.


"10 tahun lalu model online yang dibuat berbasis artikel, 10 tahun terakhir sudah banyak gambar, belakangan video di Youtube. Dua tahun terakhir terjadi disrupsi lagi, itu adalah di platform video pendek dan vertical video. Ini membuat semua pengelola media mengubah template dari media panjang ke short video dan mengubah ke vertical video," ujarnya.


Diketahui, Suara.com bekerja sama dengan International Media Support (IMS) menggelar pertemuan dengan media lokal se-Indonesia bertajuk Local Media Summit (LMS) 2022.


Acara yang dihadiri kurang lebih 300 media lokal dari Aceh sampai Papua ini, berlangsung pada 27 hingga 28 Oktober 2022 di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta.(BG/NET)

TRENDINGMore