 |
| Aksi demo Aliansi Masyarakat Toba di Kantor Kejaksaan Negeri Tobasa dengan membawah peti jenazah. |
TOBA-BERITAGAMBAR:
Kejaksaan Negeri Toba Samosir (Tobasa) kedatangan peti jenazah yang dibawa Aliansi Masyarakat Toba sebagai simbol mati surinya institusi hukum itu dalam menangani kasus korupsi.
Frengki Silitonga dari Aliansi Masyarakat Toba dalam orasinya mengatakan bahwa ada sejumlah laporan yang sudah disampaikan ke Kejari Tobasa, namun tidak diketahui bagaimana tindak lanjutnya apakah benar diselidiki atau tidak.
“Sudah empat tahun laporan yang sudah kami sampaikan. Sejauh ini tak dapat diketahui bagaimana lanjutannya. Sejak dilaporkan secara tertulis justru pihak kejaksaan tidak pernah membuka diri untuk dikonfirmasi. Atas dasar ini timbul rasa curiga bagi kami sebagai pelapor,” ujar orator Frenki Silitonga.
Ia mengatakan, kalau benar bahwa bentuk laporan untuk dugaan korupsi tidak memenuhi syarat tentunya harus diberi penjelasan supaya tidak muncul rasa curiga.
“Kami sadar bahwa Kepala Kejaksaan Tobasa saat ini tidak mengerti atau tidak mengetahui laporan yang kami sampaikan tetapi sebagai Kasi Intel pasti mengetahui namun justru menutup diri. Sejak dilapor SP2HP-pun sama sekali belum pernah kami dapat, padahal laporan sudah lebih dari 3 laporan,” ungkapnya.
Oleh rekan Frengki, Rinaldi Hutajulu juga melontarkan rasa kecewanya terhadap penanganan hukum di Kantor Kejaksaan Negeri Toba, dimana, untuk Dinas Pertanian ada 4 pelaporan juga mendapat perlakuan yang sama tidak ada tindak lanjut.
“Rasa dongkol muncul, karenanya kami melakukan aksi demo supaya pihak kejaksaan bekerja atau membuka kembali laporan kami,” ucapnya.
Aksi demo yang dimulai dari Kota Laguboti dengan jumlah peserta lebih dari 10 orang membawa peti mati dan salib sebagaimana orang mati di daerah itu.
Orasi lebih dari 30 menit di pintu gerbang Kantor Kejaksaan Tobasa dengan penjagaan ketat dari personil Polres Toba dan petugas keamanan kantor. Massa kemudian melanjutkan aksi ke Kantor Inspektorat Kabupaten Toba di Hutabulu Mejan.(BGL/TB)
