HUKUMMEDANNEWSPERISTIWASUMUT

Rumah Oknum Polwan Dirusak, Oknum Polisi Dibacok

Senin, 01 November 2021, 06:54 WIB
Last Updated 2021-10-31T23:58:22Z
Aipda  Ego Sugiawan, mendapatkan perawatan medis di RS.


MEDAN-BERITAGAMBAR :

Penyerangan rumah Polwan dan pembacokan anggota Polsek Medan Timur di kawasan Kecamatan Medan Helvetia, berawal dari rental truk.


Edi Susanto yang merupakan suami Polwan Aiptu Surya Ningsih dan abang dari Aipda Eko Sugiawan menjelaskan tentang kronologis kejadian penyerangan tersebut.


Ia mengatakan, penyerangan bermula dari sewa menyewa mobil truk, ke seseorang berinisial DK, pada Rabu (13/10/2021) lal.


Saat itu, ia didatangin oleh DK yang mau menyewa mobil truknya sebanyak tujuh unit yang akan dibawa ke daerah Kabupaten Langkat.


"Awalnya datanglah DK ini, sebelumnya memang sudah kenal. Sudah pernah merental sama kita sekali dua kali, nggak ada masalah. Makanya kita percaya sama dia," kata Edi, Minggu (31/10).


Ia mengatakan, saat itu dirinya mengaku tidak memiliki unit sebanyak yang diinginkan.


Namun, Edi mencarikannya truk kepada rekannya bernama Pohan dan Anto.


"Saya bilang sama dia unit saya nggak ada. Kalau bisa saya bantu satu unit. Jadi saya telpon kawan saya. Dapatlah dari Anto tiga unit dari Pohan empat unit," sebutnya.


Edi menambahkan, penyewaan truk tersebut dihitung perhari, satu truk Rp 900 ribu.


DK pun menyetujui itu dan menyewa tujuh unit selama enam hari.


DK mengaku kepada Edi bahwa truk tersebut, ia pakai untuk bekerja bersama dengan salah satu ketua Organisasi Masyarakat (Ormas) di Langkat.


"Dia bilang kerja sama dengan ketua Ormas sana, mau nimbun PKS. Sama kita ya terserah yang penting bayar uang rental," tuturnya.


Lalu, sore harinya datanglah orang menggunakan mobil yang disebut-sebut merupakan anggota Ormas itu.


"Bertransaksilah mereka, si DK ini ngambil deposit sama anggota Ormas ini. DK minta bantu, minta surat tanda terima supaya ketua Ormas itu percaya, bahwa di sinilah tempatnya, jadi kita bantulah," ujarnya.


Setelah itu, karena DK menyewa tujuh truk selama enam hari, ia pun menerima uang sewanya sebesar Rp 37,8 juta.


"Besoknya berangkatlah truknya pagi empat unit, kemudian tiga lagi nyusul siang. Ketemulah sama mereka di sana," ungkapnya.


Kemudian, setelah berjalan dua hari. Tiba-tiba DK menghubungi Edi mengatakan dia tidak sanggup dan meminta agar penyewaan agar dibatalkan.


"Di pulangkan semua karena nggak sanggup bayar rental, hari rabu pulang semua. Jadi ku telpon DK ini, hitungan dulu kita, tapi dia nggak datang," sebutnya.


Lalu, hari berikutnya datanglah anggota Ormas yang datang ke kantornya dan memaki-maki Edi.


"Datanglah utusan ketua ormas itu, dibilangnya saya penipu, tukang olah. Jumpanya karyawan saya, kebetulan saya nggak ada," ucapnya.


Saat ia kembali, dan bertemu dengan anggota ormas tersebut Edi pun bertemu dengan anggota ormas itu.


Tak lama DK pun datang untuk menyelesaikan permasalahan penyewa mobil.


Kemudian, mereka pun saling berdebat hingga akhirnya DK menyarankan agar uang sewa dikembalikan oleh Edi.


"Karena kondisi kejepit, DK lah yang menyarankan upaya dipulangkan. Dibayarlah Pohan terutang Rp 8,55 juta, Anto Rp 7,225 juta, karena uang mereka kurang jadi ku talangin," katanya.


Lebih lanjut, dia mengungkapkan setelah semuanya selesai tiba-tiba dirinya didatangi lagi oleh anggota Ormas itu. Dan protes bahwa hitungan pengembalian uang ada yang selisih.


"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," katanya.


Namun, saat itu ia diikuti oleh anggota ormas ini sampai rumah. Di rumah, mereka saling cekcok.


Tak lama, dua orang karyawannya datang dan terjadilah perkelahian antara karyawan nya dengan anggota Ormas itu.


Karena terjadi keributan, ia pun mencoba melerai keributan dan mengusir anggota Ormas itu.


"Cabutlah orang itu. Saya berpikir pasti buat laporan polisi mereka. Jadi hubungi adik saya yang polisi. Konsultasi saya melalui telepon sama dia," katanya.


Kemudian, usai menghubungi adiknya yang berdinas di Polsek Medan Timur itu, ia putuskan untuk bertemu dengannya di Kantor.


"Jumpalah kami di kantor, ceritalah sama dia terkait masalah ini," sebutnya.


Sedang asik bercerita, tiba-tiba istrinya yang berdinas di Kantor Samsat Putri Hijau memberi kabar bahwa rumahnya diserang oleh puluhan orang.


Mendapat kabar itu, ia bersama adiknya langsung pulang menuju rumahnya.


"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang. Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya mobil semua penuh," tuturnya.


Melihat keadaan itu, ia mencoba menepi di jalan komplek rumahnya. Saat itu ia juga mendengar adanya dua kali letusan senjata api.


"Jadi mereka sudah siap merusak rumah. Saya buka kaca mobil saya dengar dua kali letusan senjata api," katanya.


Usai melakukan pengerusakan, puluhan mobil ini keluar dari kawasan kompleknya. Namun naas, ketika keluar salah satu dari mereka mengenali mobil Edi, sehingga mobilnya diserang secara membabi buta.


Tak hanya itu, adiknya juga ikut menjadi sasaran puluhan orang ini.


"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Pakai samurai, ditombak juga mobil saya tapi saya menghindari. Saya lihat adik saya sudah di kejar pakai kelewang," pungkasnya.

TRENDINGMore