Humbahas Kembangkan Tanam Umbi

Kamis, 24 Februari 2022, 20:15 WIB
Last Updated 2022-02-24T13:16:07Z

Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Bnarnaho meninjau food estate.

 


DOLOKSANGGUL-BERITAGAMBAR : Meningkatkan kualitas produksi pertanian, program umbi berteknologi akan dikembangkan di atas lahan 17 Ha, kawasan food estate, Desa Hutajulu, Kec. Pollung, Kab. Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara. 


Pengembangan umbi berteknologi itu ditandai dengan perjanjian kerjasama petani yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) dengan lima investor (off taker) dari PT. Agricon Indonesia, PT. Daya Sentosa Rekayasa, PT. Eden Pangan Indonesia, PT. Indofood, dan CV. Javamas Agrophos serta Manajer Lapangan FE, Van Basteen. 


Perjanjian kerjasama pengembangan umbi berteknologi itu disaksikan Bupati Humbahas, Dosmar Banjarnahor, Kamis (24/2). 


Manajer lapangan food estate, Van Basteen pada kesempatan itu mengatakan, pada tahap awal pengembangan umbi berteknologi ditargetkan di atas lahan 20 Ha. Namun saat ini, uji coba dilakukan pada lahan seluas 17 Ha dengan menggunakan mekanisasi pertanian modern. 


Dia menjelaskan, dalam pengembangan umbi berteknologi itu, pemerintah melalui PUPR menyediakan infrastruktur jalan dan air (irigasi), mekanisasi, irigasi dan digitalisasi dibantu oleh PT. Daya Sentosa Rekayasa (DSR) 


Kemudian pupuk dibantu oleh CV. Javamas Agrophos, proteksi tanaman dibantu dari PT. Agricon, dan benih dari PT. Indofood, PT. Eden Pangan. Jenis benih adalah kentang bliss, citra, granola, dan bawang merah TSS (True Shallot Seed). 


Ditambahkan, pola kerjasama yang dilakukan ada tiga yakni, pertama membentuk koordinator petani, kedua kerjasama satu tahun PT. Eden Pangan, PT. DSR dengan petani. Targetnya, masa panen dua kali dalam setahun. Ketiga perjanjian kerjasama dengan PT. Indofood, PT. DSR, Agricon dan Javamas. "Tujuannya model seperti apa yang terbaik dalam pengembangan umbi berteknologi. Kalau modelnya sudah dapat, tentu kita sudah melihat prosesnya dan mekanisasi yang diterapkan," ujarnya. 


Van Basteen mengakui, bahwa kendala yang mungkin terjadi adalah gap antara teknologi dengan Sumber Daya Manusia (SDM). "Dengan terbentuknya badan pengelola, para petani diharapkan, minimum sebagai agronom. Jadi secara manual para petani melihat langsung proses pengembangan umbi berteknologi dan secara digital, nanti ada alat yang menguji tanaman apakah sehat atau tidak," katanya.



Bupati, Dosmar Banjarnahor mengatakan, untuk keberhasilan pengembangan umbi berteknologi, semua pihak yakni petani, offtaker dan pemerintah harus bersinergi. "Kalau ada kendala dan hambatan bisa disampaikan kepada pemerintah, maka kita akan secepatnya menangani permasalahan yang ada," katanya. 


Dosmar menambahkan, kalau petani sejahtera, itulah keuntungan bagi pemerintah. "Tanah yang diperjanjikan ini adalah milik petani dan para offtaker hanya menginginkan satu kepastian adalah volume hasil panen untuk dipakai pada industri," ujarnya. 


Dengan kerjasama, katanya, maka hasil pertanian akan ditampung. Jadi tidak perlu khawatir lagi setelah panen nanti kemana hasil pertanian kita di jual. Sebelumnya, ketika kita menanam cabe dan tomat misalnya setelah panen kepastian harga tidak terjamin, tetapi dengan kerjasama ini maka hasil pertanian para petani sudah terjamin. 


Dengan kerjasama ini, Dosmar berharap agar para petani fokus dalam mengikuti metode dari para offtaker. Saya paham, bahwa bapak/ibu petani secara umum adalah petani gurem (red) seperti kemenyan, cabe dan lainnya tetapi fokuslah khususnya untuk yang 17 ha ini. Ikutilah aturan yang disampaikan offtaker karena kita dibantu mulai dari bibit, pupuk pengolahan dengan teknologi. 


"Mari kita manfaatkan momen ini dengan satu tujuan adalah untuk mensejahterakan masyarakat. Keuntungan dari kerjasama ini adalah untuk para petani, tidak ada sedikit pun untuk pemerintah. Kalau petani sejahtera, itulah keuntungan bagi pemerintah," pungkasnya. (BG/HH)




TRENDINGMore