![]() |
Bupati Samosir Buka Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak Rumahela 2025. |
SAMOSIR-BERITAGAMBAR :
Bupati Samosir Vandiko Timotius Gultom, ST didampingi Pembina Komunitas Rumahela DR. Hinca IP. Panjaitan XIII, SH, MH, ACCS dan Forkopimda membuka secara resmi pelaksanaan kegiatan Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak Rumahela 2025 yang mengusung Tema "Hokkop Ma Tanom, Paangur Bona Ni Pinasam" (Rawatlah Bumi Lestarikan Budayamu). Acara pembukaan digelar di halaman Kantor Bupati Samosir, Selasa (1/7).
Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak Rumahela 2025, yang dipersembahkan oleh Komunitas Rumahela Raja Isombaon dan Siboru Siakgoina, dijadwalkan akan digelar tanggal 1 s.d 10 Juli 2025 dengan menggelar berbagai kegiatan bernuansa budaya Batak.
Atas nama Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Samosir, Bupati Samosir Vandiko Gultom mengucapkan selamat kepada panitia pelaksana festival wisata edukasi leluhur batak, beserta seluruh anggota Komunitas Rumahela yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan festival ini.
"Festival ini akan menggelar kegiatan ritual menghormati sang pencipta, kegiatan merawat ciptaannya dengan menanam pohon, melakukan Horja Bolon, Torsa-torsa nilai-nilai budaya yang diwariskan leluhur, yang wajib kita teruskan kepada generasi muda, sehingga kekayaan warisan budaya tetap terjaga dan lestari", kata Vandiko.
Vandiko mengatakan, pada Senin (30/6) lalu, pada rakor persiapan revalidasi Geopark Kaldera Toba, bertempat di kantor Gubernur Sumatera Utara yang dihadiri pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan 7 (tujuh) kabupaten di kawasan Danau Toba, Bupati menyampaikan bahwa Festival Wisata Edukasi Leluhur Batak akan dilaksanakan di Kabupaten Samosir untuk menunjukkan culture diversity (keragaman budaya).
"Ada 3 (tiga) unsur geopark yakni geo diversity (keragaman bebatuan), bio diversity (keragaman flora & fauna) dan culture diversity (keragaman budaya). Penyelenggaraan festival ini merupakan momentum yang tepat dalam mendukung revalidasi Geopark Kaldera Toba", ungkapnya.
Vandiko meminta kepada seluruh jajaran pemerintah agar juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat Samosir untuk terus mendukung Geopark Kaldera Toba hingga bisa mendapatkan kembali kartu hijau dari UNESCO Global Geopark.
Tak hanya culture diversity, Bupati meminta agar masyarakat juga menjaga geo diversity dan bio diversity. "Kita harus komit jangan ada lagi melakukan pembakaran hutan dan lahan, karena itu akan merusak lingkungan dan berpengaruh terhadap penilaian validasi", jelasnya.
Lebih lanjut kata Vandiko, Pemerintah Kabupaten Samosir secara konsisten melaksanakan kegiatan berupa event, ritus maupun festival yang bertema budaya lokal baik yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Samosir maupun komunitas budaya agar budaya leluhur tidak musnah/hilang melainkan tetap lestari dan diminati oleh masyarakat terutama generasi muda, kaum millenial dan Gen Z agar tidak kehilangan jati diri tapi semakin bangga dengan budayanya.
Berbagai usaha dan upaya juga telah dilakukan bersama segenap pelaku pembangunan mulai dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, saat ini bergandengan tangan, berkolaborasi menyelenggarakan event berskala international dengan memasukkan kegiatan budaya pada side event, menjual paket wisata budaya dengan mengunjungi situs-situs budaya, sehingga wisatawan manca negara maupun nusantara dapat menikmati atraksi seni dan budaya selama kegiatan berskala international berlangsung.
"Pada tahun ini, ada 2 (dua) event internatioal di Samosir yaitu "Aquabike Jetsky" akan dilaksanakan tanggal 13-17 Agustus 2025 dan "Ultra Trail Du Mont Blanc (UTMB)" akan dilaksanakan tanggal 17-19 Oktober 2025. Kita berharap kedua event international ini turut serta memperkenalkan kekayaan budaya batak ke seluruh dunia", kata Bupati.
Pada kesempatan ini, Bupati Vandiko Gultom mengapresiasi Komunitas Rumahela yang terus komit melestarikan dan merawat budaya Batak. Dan kedepan, event ini akan dijadikan sebagai even tahunan oleh Pemkab Samosir dan siap berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Sebelumnya, Pembina Komunitas Rumahela yang juga Anggota Komisi III DPR RI DR. Hinca IP. Panjaitan XIII, SH, MH menyampaikan tentang WELB Rumahela 2025.
"Kami menyadari bahwa perubahan besar selalu dimulai dari kesadaran kecil. Dari sebuah langkah kecil yang menolak lupa, dari sejumput kesadaran untuk tidak menyerah pada arus modernisasi yang melucuti akar budaya, dan dari tekad sederhana untuk menjaga tanah sebagai titipan, bukan warisan untuk dihabiskan", ujarnya.
FWELB 2025 adalah ruang belajar bersama, tempat kita berhenti sejenak, menengok ke belakang, dan bertanya: masihkah kita terhubung dengan tanah yang membentuk jati diri kita?.
"Hokkopma Tanom, Paangur Bona Ni Pinasam". Festival ini menurutnya, dengan ritual, dialog, dan petualangan edukatifnya, mengajak kita berdamai dengan akar-membuktikan bahwa merawat lingkungan bukan kerja terpisah, melainkan denyut yang membuat budaya tetap bertunas di hati generasi mendatang.
Hamparan Geopark Kaldera Toba—dari Uluan Darat Sakti, Pusuk Buhit, Bania Raja, hingga seluruh bentang yang memeluk Tao Toba—adalah taman bumi bagi dunia, secercah “Luat Nauli Mutik ni Surgo”, keindahan surga yang dititipkan di tanah Batak.
Hinca mengatakan, kontemplasi dan harapan torsa dan turi-turian ni FWELB Rumahela 2025 sebagai ruang jawab kartu kuning UNESCO kepada Geopark Kaldera Toba.
Geopark, taman bumi, adalah wilayah yang menyatukan tiga pilar utama: keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity).
Ketiga unsur ini saling terkait erat, saling menopang, dan tidak dapat dipisahkan. Menjaga geopark berarti menjaga bumi sekaligus memelihara identitas budaya manusia yang hidup diatasnya. Dan ketiga diversity itu sempurna ada di situs Parhutaan Rumahela.
Tahun 2021, dunia menyapanya: UNESCO menetapkan Geopark Kaldera Toba sebagai bagian dari surga kecil di bumi—Luat Nauli Mutik Ni Surgo.
Tapi dunia juga mengingatkan. Indonesia sempat diberi peringatan. Teguran halus berbentuk “kartu kuning”. Sebab taman surga ini dianggap kurang terawat, kurang dicintai, kurang dijaga.
"Tapi ditengah semua itu, Rumahela tidak ikut mundur. Ia tetap berdiri. Diam, tapi lantang. Tak banyak bicara, tapi setia menjadi bagian dari perjuangan panjang menjaga Kaldera Toba—jauh sebelum pujian dunia datang, sejak Presiden SBY menetapkannya sebagai Geopark Nasional pada 2014", tutur Hinca Panjaitan.
Hinca mengajak untuk saling menginspirasi dan membangun kolaborasi yang tulus, sebab merawat bumi dan melestarikan budaya hanya mungkin terwujud dalam kebersamaan yang setia.
"Ini bukan sekedar ikhtiar akan tetapi menjadi panggilan kepada anak muda Batak untuk melestarikan budaya. Kami ingin Bupati Vandiko meneruskan perjuangan ini", kata Hinca Panjaitan.
Hadir dalam acara ini, Pabung Kodim 0210/TU Mayor G. Sebayang. Penasehat Komunitas Rumahela Nurhayati Situmorang. Ketua Panitia Angelbertha Silalahi, Ketua Pelaksana Jabuhit Panjaitan, Ketua Komunitas Rumahela Diego Naibaho, Pimpinan OPD, Camat, Kepala Desa, beserta keluarga besar Komunitas Rumahela se-Indonesia.(Bg/Ts)