BUDAYANEWSSAMOSIRSUMUT

Samosir Asal Muasal Orang Batak : Ayo....Jaga dan Lestarikan Adat dan Budaya Batak

Selasa, 30 November 2021, 20:47 WIB
Last Updated 2021-11-30T13:47:06Z

 

Pagelaran Tortor Batak oleh Generasi Muda Suku Batak. 


Kabupaten Samosir yang terletak di Provinsi Sumatera Utara ini menyimpan berbagai macam keindahan dan panorama serta keanekaragaman hayati didalamnya. Daerah Otonom yang dikelilingi perairan danau air tawar terbesar di kawasan Asia tenggara dan juga sangat terkenal akan kebudayaan khas masyarakat Batak.


Kabupaten Samosir merupakan kawasan objek wisata yang sangat terkenal di Sumatera Utara hingga dunia dan tidak hanya sebagai kawasan wisata saja, tetapi sebagai daerah asal muasal peradaban Suku Batak dengan kebudayaan adat istiadat yang masih melekat dari leluhur hingga saat ini dimana pun berada.


Dimana Puncak Gunung Pusuk Buhit sebagai awal tumbuhnya suku Batak, dimana lahir Si Raja Batak, dengan dua anaknya yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon.


Guru Tatea Bulan memiliki anak sembilan terdiri dari 5 Putra dan 4 Putri, dan Raja Isumbaon. Keturunan dua putra si Raja Batak yang kini menyebar menjadi ratusan Marga di seluruh Indonesia dan tetap mempertahankan adat istiadat dan budaya nya.


Dahulu, Batak merupakan suku yang tinggal di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara, memiliki agama tersendiri (Parmalim), aksara Batak, Bendera Batak, rumah khas Batak, kain khas Batak (Ulos), Tarian khas (tortor), alat musik tradisional Batak (Gondang, serunai, kecapi, dan seruling).


Bahasa Batak

Suku Batak menggunakan bahasa Batak untuk berkomunikasi sehari-hari. Setiap subetnis memiliki logat atau dialek tersendiri dalam mengucapkan bahasa Batak.


Agama Suku Batak

Ada satu nama penting yang berhubungan dengan keyakinan masyarakat Batak jauh sebelum Agama Kristen masuk ke Tanah Batak, yaitu Parmalim menyembah Debata Mula Jadi Na Bolon. Sosok ini dipercaya sebagai pencipta alam semesta dan tinggal di atas langit. Namun sejak datangnya Penginjil dari Jerman dan Negara Eropa lainnya ke Tanah Batak, suku Batak ada yang beragama Kristen dan Islam.

Bupati Samosir Vandiko T Gultom, melantik Ketua Lembaga Adat Batak, Batahan Siringo-ringo.


Rumah adat Suku Batak

Rumah adat Suku Batak berbentuk rumah panggung dengan bahan dasar berupa kayu. Rumah adat ini disebut Rumah Bolon di kalangan Batak Toba.


Rumah batak memiliki oranamen berupa ukiran dinding yang khas. Ornamen di rumah adat Suku Batak memiliki makna yang berkaitan dengan kesejahteraan, keselamatan, serta perlindunga penghuni dan desanya.

Rumah merupakan bangunan tradisional Suku Batak yang digunakan sebagai tempat tinggal. Sedangkan sopo merupakan bangunan yang digunakan untuk menyimpan padi pada zaman dulu.


Hanya saja kini banyak rumah khas Batak, mulai terbengkalai, karena bahan baku kayu Jior, Ingul ataupun kayu berkualitas sulit didapatkan karena harganya yang relatif mahal.



 

Kain ulos khas Batak

Ulos merupakan kain hasil budaya khas Batak. Kain ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Batak.


Ulos secara harfiah berarti selimut. Kain ini merupakan hasil tenun berbentuk selendang dengat motif khas Suku Batak.


Masyarakat Batak selalu menggunakan kain ulos hampir di setiap upacara adat yang diselenggarakan. Kain ini menjadi komponen penting dalam upacara kelahiran, pernikahan, kematian, dan penyambutan tamu agung. Karena Kain ulos sebagai lambang kasih sayang yang dapat memberikan kehangatan dan berkat.


Sebagai daerah peradaban orang Batak, Seluruh aktivitas suku Batak seperti mulai dari lahir, menikah, wafat terus menerus dibentengi adat budaya Batak.




Seorang pegiat Seni Budaya Batak, Aliman Tua Limbong, yang keseharian bekerja sebagai Pargocci, mengatakan, meskipun dengan kemajuan zaman teknologi, kita sebagai orang Batak harus menjaga dan melestarikan kebudayaan kita.


"Pemerintah Kabupaten Samosir, diharapkan dapat terus menjaga kelestarian seni budaya Batak, dengan memperbanyak even-even pagelaran (atraksi) seni tradisional Batak," ujar Limbong.


Dengan pagelaran seni tradisional kepada kaum muda (pelajar), seperti even Gondang Naposo (Gendang Batak), maka sejak dini generasi penerus bangsa Indonesia ini, akan memahami seni budayanya kelak sampai tua,"katanya.


Sementara itu Ketua Dewan Kesenian Samosir (DKS), Charles V Malau, mengatakan untuk menjaga dan mewariskan seni budaya Batak kepada generasi muda, pihaknya selalu melakukan atraksi seni budaya Batak.


*Kabupaten Samosir sudah disematkan Kementerian Pariwisata sebagai daerah atraksi pertunjukan seni budaya, hanya saja karena pandemi Covid-19 yang melanda dunia, dua tahun terakhir menghambat pelaksanaan kegiatan atraksi pertunjukan seni budaya," ujar Malau.


Kami juga sebagai pelaku seni budaya Batak, meminta Pemkab Samosir mengalokasikan anggaran untuk pengembangan dan peningkatan intensitas pagelaran seni budaya Batak. Juga mendirikan gedung kesenian di setiap kecamatan agar anak-anak muda di daerah ini berkumpul dan berkreasi," harap Malau.



Salah satu pegiat seni tari, Peri Sagala, mengusulkan agar pemerintah membangun gedung kesenian yang standar, guna mendorong dan mendukung pelaku seni tari lebih berkreasi dan inovasi."Samosir belum memiliki gedung kesenian yang representatif untuk pengembangan seni tari. Dan, dengan dibangunnya gedung kesenian kreasi dan inovasi tari tradisional Batak nanti akan dikenal masyarakat luas,"ujar pendiri sanggar Tari ini.



Sementara seorang penenun, Tiurlan br Simarmata, mengatakan Pemkab Samosir, dianggap sudah maksimal membantu masyarakat penenun kain khas Batak.


"Hanya saja perlu dibangun satu koperasi atau badan usaha milik Pemerintah, untuk melakukan siklus usaha yang dapat berjalan dengan baik," ujarnya.


Karena dengan berdirinya satu Koperasi atau badan usaha, maka tidak ada lagi perbedaan harga ulos karena harga bahan baku benang dan pewarna serupa di Samosir. Begitu juga masyarakat penenun akan menjualnya ke koperasi atau badan usaha bentukan Pemerintah dengan harga yang menjanjikan," ujar Tiurlan Simarmata.


Seorang perantau asal Samosir, yang juga mantan Anggota DPRD Sumut, Effendi Naibaho, mengatakan, sejak dini kebudayaan dan adat Batak, harus dijaga dan dilestarikan, supaya anak cucu kita kelak, dapat meneruskan ini ke anak cucunya lagi.


Kebudayaan Batak itu sangat mengagumkan, dimana kita diajarkan motto "Dalihan Natolu" artinya Somba marhula-hula (menghormati keluarga dari istri), Manat Mardongan Tubu (saling menghargai Abang adik) dan elek Marboru. 


Kalau motto ini terus kita jalankan, kedamaian akan terus terwujud, tidak akan terjadi kekacauan, dan perpecahan sesama umat Manusia,"ujar Naibaho.


"Sebab itu Pemerintah diminta dapat mengoptimalkan lembaga-lembaga adat yang ada di Samosir, dengan mengalokasikan anggaran untuk menjaga pelestarian budaya Batak," ujar Effendi.



Ketua Umum Lembaga Adat dan Budaya Kabupaten Samosir, Batahan Siringoringo, kepada seluruh masyarakat Samosir mendukung program pembangunan di Kabupaten Samosir secara umum dan pelestarian adat-istiadat dan budaya Batak khususnya.


"Suku Batak yang kaya akan adat istiadat dan seni budayanya, menjadi perekat bagi kehidupan sehari-hari, untuk merajut kebersamaan membangun sendi-sendi kehidupan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,"kata Bantahan.


Pemerintah Kabupaten Samosir diminta komitmennya dalam menjaga pelestarian seni budaya Batak, dengan memasukkan pembelajaran di sekolah,"katanya.


Wakil Ketua DPRD Samosir, Nasip Simbolon, mengakui kalau Pemkab Samosir komitmen menjaga dan melestarikan kebudayaan Batak.


Karena kalau terkait alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pagelaran seni budaya Batak, DPRD Samosir tidak akan mencoretnya, selama Dinas terkait dapat menjabarkan program dan sasaran kegiatan itu di lembaga DPRD," ujar Nasip.


Hal itu dibuktikan, pada sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia, DPRD Samosir bersama Bupati Samosir menyetujui alokasi anggaran untuk pelaksanaan kalender pariwisata Samosir yang berbentuk pelestarian seni budaya Batak,"kata Simbolon.


Hanya saja karena pandemi Covid-19, banyak anggaran di recofusing untuk penanganan pandemi, dan apalagi sesuai anjuran Pemerintah dilaran berkerumun, selama dua tahun terakhir even-even pagelaran seni budaya tidak dilaksanakan,"ujar Ketua PKB Samosir itu.


Bupati Samosir Vandiko T Gultom, menyampaikan, Pulau Samosir sudah didekasikan sebagai titik nol peradaban budaya Batak dan asal muasal suku Batak.


Sebagai asal muasal orang batak dan menjadi titik nol peradaban bangsa batak maka pelestarian, pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan warisan budaya menjadi tanggung jawab besar yang membutuhkan biaya besar ditengah keterbatasan APBD Kabupaten Samosir.


"Agar masyarakat Samosir lebih kreatif dan fokus mengelola seluruh objek pemajuan kebudayaan seperti Gondang (Gendang) Batak, tortor (tarian), dan Tenun ulos sebagai karya seni dan tradsional.


Mari kita jadikan kebudayaan kita sebagai ciri khas untuk kemajuan Suku Batak. Misalnya kain Ulos jadi salah satu ikon fashion yang menarik bagi generasi muda” ujar Bupati Samosir.


“Sebagai Suku Batak, sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan kekayaan warisan budaya para leluhur, salah satunya adalah proses pembuatan ulos sebagai legacy yang sangat bernilai tinggi, jangan kita biarkan warisan budaya hilang dan tergerus di era modernisasi dan teknologi tinggi” ujarnya.


“Mari kita bangun kembali kejayaan Budaya Batak yang selama ini mulai luntur dan tergerus. Molo so hita, ise be, molo so saonari, andigan be (Kalau tidak kita, siapa lagi yang mulai: red),” ungkap Bupati Vandiko.


Dia mengajak semua pihak untuk terus menatap ke depan dan merajut kembali peradaban Batak yang mulai tergerus dan terkikis.


“Kekayaan adat dan budaya yang telah diwariskan luluhur adalah kekuatan budaya di era modernisasi dan era digital yang bergerak pesat dan cepat,” ujarnya.


Bupati juga mengucapkan terima kasih kepada 3 Kepala Unit Teknis (UPT) Kemendikbudristek Wilayah Aceh dan Sumatera yang sudah proaktif mendukung pemajuan kebudayaan di Kabupaten Samosir, yaitu Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) yang telah meluncurkan program strategis di Kawasan Danau Toba, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yang telah melakukan pemugaran dan revitalisasi situs budaya di Kabupaten Samosir, dan Balai Arkeologi Sumut. Ketiga UPT ini telah menjadi rumah kedua bagi Pemkab Samosir dalam pembiayaan mendukung pemajuan kebudayaan daerah.


Menurut Bupati Vandiko, sebagai asal muasal orang Batak dan menjadi titik nol peradaban bangsa batak maka pelestarian, pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan warisan budaya menjadi tanggung jawab besar yang membutuhkan biaya besar ditengah keterbatasan APBD Kabupaten Samosir.


Untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Batak, saya menyampaikan proposal ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, berupa pengadaan alat-alat musik dan pengadaan pakaian adat bagi pengurus lembaga adat dan budaya sebagai garda paling depan dalam pelestarian dan pengelolaan kekayaan budaya di Kabupaten Samosir," ujar Vandiko.




Bahkan dalam menjaga pelestarian budaya Batak, Pemkab Samosir telah menerbitkan Peraturan Bupati Samosir No. 32 Tahun 2021, tentang pembentukan Lembaga Adat dan Budaya Samosir.


Disana diuraikan sejumlah tugas dan tanggung jawab Lembaga Adat dan Budaya, antara lain menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembinaan, pelestarian dan pengembangan budaya, adat-istiadat. Membina, memberdayakan serta melestarikan adat istiadat yang ada, memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat berdasarkan hukum adat yang berlaku, menyelesaikan sengketa dan perselisihan berdasarkan hukum adat yang berlaku dengan mengedepankan penyelesaian secara musyawarah, dan membangun kemitraan dengan pemerintah dan lembaga lainnya.


Lembaga ini beserta seluruh pranata sosial peradaban Batak berperan dalam peningkatan Harkat dan Martabat bangsa berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa yang tumbuh dalam masyarakat khususnya Bangso Batak. Terbentuknya lembaga ini merupakan salah satu wujud kekhususan dan keistimewaan Bangso Batak yang memiliki Aksara, Bahasa, Bendera dan Wilayah yang terbentang dikawasan Danau Toba.


Lebih lanjut, Bupati mengajak semua pihak untuk terus menatap kedepan dan merajut kembali peradaban Batak yang mulai tergerus dan terkikis. Kekayaan adat dan budaya yang telah diwariskan luluhur adalah modal kekuatan Bangso Batak di era modernisasi dan era digital yang bergerak pesat dan cepat. Maka dengan dibentuknya lembaga ini diharapkan akan semakin menguatkan fungsi dan peran pranata sosial dan pranata hukum adat yang selama ini mulai redup.



"Marilah kita membangun kembali kejayaan Budaya Batak yang selama ini mulai luntur dan tergerus di era globalisasi", ajak Bupati Samosir mengakhiri.



Kepala BNPB Provinsi Aceh dan Sumatera Utara Essy Hermaliza, juga menyampaikan sebuah kebanggaan untuk memastikan bahwa kegiatan menenun kain khas Batak masih ada dan masih teregenarasi dengan baik. Ketika kain berhasil muncul melalui berbagai proses menjadi bahan pakaian manusia menggantikan kulit kayu, kulit hewan dan sebagainya membuktikan bahwa Kain merupakan bukti konkret kemajuan sejarah dalam hidup manusia.


Menginventarisasi motif-motif yang ada merupakan upaya yang patut dihargai dalam menyelamatkan potensi budaya dari resiko kepunahan, apresiasi kepada Kabupaten Samosir yang telah menggali dan mengangkat motif ulos berbeda setiap tahun dimana pada tahun 2019 sukses dengan motif bintang maratur, 2020 ulos dengan motif Sibolang, dan di tahun ini disuguhkan dengan ulos motif Mangiring, terimakasih kepada panitia dan semua pihak yang turut membantu atas terlaksananya kegiatan ini dengan baik.


Mendikbud RI Takjub Dengan Seni Budaya Batak


Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknolog Nadiem Makarim, saat berkunjung ke Harian, Kabupaten Samosir, Selasa (26/10) saat membuka Festival Musik Tradisional, mengaku takjub atas keberadaan Danau Toba. Ia mengaku, budaya Batak seperti musik tradisi adalah kearifan lokal budaya Bangsa Indonesia. Bahkan, ia berencana mementaskan penampilan musisi asal Batak di Jakarta dan dibuat musikal seperti halnya laskar pelangi.



Makarim mengatakan bahwa pembelajaran musik tradisi akan dimasukkan ke dalam program pendidikan formal maupun informal.


“Salah satu rekomendasi penting dari Kongres Musik Tradisi Nusantara yang berlangsung pada September 2021 adalah menyediakan dan memasukkan pembelajaran musik tradisi Nusantara dalam pendidikan formal dan informal agar anak-anak Indonesia juga kelak menjadi pelestari budaya,” katanya.


Dia mengemukakan bahwa kolaborasi antar-generasi dalam Festival Musik Tradisi Indonesia-Danau Toba merupakan bagian dari upaya pemajuan dan pelestarian kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.


Lebih lanjut, Nadim mengatakan sangat mendukung kemerdekaan dalam belajar, termasuk merdeka belajar bagi generasi muda mempelajari asal usulnya sehingga dapat mementaskan karya yang memukau. Karena menurutnya modernisme, sejarah, adat dan inovasi berbaur dengan cara yang luar biasa, itulah mengapa jika tidak diturunkan ke generasi berikutnya semua tradisi-tradisi dan kekayaan budaya bisa terancam hilang.


“Kita sudah melihat sendiri malam ini dengan kolaborasi kita mampu bergerak bersama memajukan kebudayaan, mari kita teruskan apa yang sudah kita garap bersama sehingga bangsa kita menjadi semakin tangguh dimasa depan. Marilah wujudkan Indonesia yang bahagia dengan merdeka berbudaya” tutup Nadiem.



Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan, Festival Musik Tradisi Indonesia-Danau Toba 2021 fokus pada isu alih generasi dalam upaya pelestarian budaya.


"Pesan yang penting dari kegiatan ini adalah alih generasi. Jadi ada regenerasi musik tradisi. Kita tentu senang banyak anak muda yang usianya masih SMP dan SMA sudah ikut berkarya. Kita berharap kegiatan ini bisa menanamkan semangat yang baru di kalangan anak-anak muda untuk mengenal musik tradisi,” katanya.


Hilmar Farid juga menegaskan kedepan, seniman seniman akan masuk sekolah berikut para mastro untuk mengajar musik dan Batak.


"Mastro masuk sekolah itu salah satu tujuan dari festival ini, sebab Potensi Danau Toba saya lihat belum tergali dan festival ini merupakan pintu masuk, sebab Danau Toba adalah kekayaan yang tak ternilai," katanya.



“Musik tradisi adalah nyanyian bangsa kita yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikan Indonesia terus tumbuh dengan budayanya, terus melantukan musik tradisi berarti memperpanjang nafas kearifan lokal nusantara yang syahdu nan sakral” ucapnya.



Melalui Festival Musik Tradisional yang mengalun dari tepi Danau Toba ini dapat dicintai oleh saudara-saudara kita dari seluruh nusantara bahkan sampai ke mancanegara.


Kepala Dinas Kebudayaan Samosir, Waston Simbolon, mengatakan pihaknya memfasilitasi program kegiatan even pelaksanaan kegiatan pagelaran seni budaya.


Hanya saja seka pandemi Covid-19 melanda dunia, alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan atraksi pertunjukan seni budaya tradisional Batak, menjadi sangat minim.


Terkait dengan gedung kesenian yang diinginkan masyarakat, Pemkab Samosir pun sudah mendirikan satu gedung kesenian di Kelurahan Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo. Satu lokasi di objek wisata Pantai Pasir Putih Situngkir, Pangururan. Dan selanjutnya mudah-mudahan dimasa akan datang pembangunan gedung kesenian dapat dilakukan disetiap kecamatan," ujar Simbolon.


"Harapannya, pandemi Covid-19 segera berakhir, demikian kehidupan sehari-hari masyarakat kita kembali normal dan pagelaran kalender pariwisata Samosir kembali berlangsung, disana putra-putri Batak akan kembali ber atraksi pertunjukan seni budaya seperti tor-tor, menabuh Gondang, mengucapkan pantun khas Batak dan menampilkan pakaian khas Batak dari balutan kain ulos. 



Senada dengan pernyataan diatas, Kepala Dinas Pariwisata Samosir Dumosch Pandiangan, juga mengatakan untuk pelestarian budaya Batak, Pemkab Samosir, sudah melakukannya walaupun dianggap belum sepenuhnya maksimal.


Hanya saja, sejak beberapa tahun terakhir pra pandemi Covid-19, Pemkab Samosir melaksanakan kalender pariwisata setiap bulan yang menampilkan pagelaran seni budaya Batak yang diikuti kaum muda generasi Batak,"ujarnya.


Harapannya, pandemi Covid-19 segera berakhir, kegiatan pariwisata Samosir kembali dapat terlaksana dengan normal dan ditingkatkan lagi karena saat ini Kabupaten Samosir, sudah dinobatkan sebagai Kota Atraksi (pagelaran) seni budaya, untuk menyambut wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba, Pulau Samosir," harap Pandiangan.


Terkait pembangunan gedung kesenian yang layak di tiap kecamatan, sudah berulang-ulang direncanakan dianggarkan, namun karena ketersediaan lahan, maka hal itu menjadi sulit diwujudkan,"katanya. 


Harapan kita, Generasi Muda suku Batak tetap konsisten menjaga dan melestarikan kebudayaan kita yang telah diwariskan leluhur kita dari masa ke masa. Horas ....horas......Horas (Tumpal P Sijabat)


TRENDINGMore