Kematian Ibu dan Anak di Labura Masih Menjadi Masalah

Kamis, 24 Oktober 2019, 11:11 WIB
Last Updated 2019-11-28T02:47:57Z
Kompleks Kantor Pemkab Labuhan Batu Utara di Aek Kanopan.


BERITAGAMBAR- AEK KANOPAN
Kematian ibu dan anak (KIA) hingga kini masih menjadi masalah. Di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) Provinsi Sumatra Utara, berbagai upaya dilakukan untuk menekan angka kematian itu.

"Untuk kematian ibu, di Labura pada tahun 2017 terdapat 6 orang ibu, tahun 2018 ada 8 orang. Sedangkan untuk tahun 2019, data saat ini 3 orang," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Labura, dr Zulmarleni, Kamis (24/10/2019).

Adapun untuk kematian anak neonatus, lanjutnya, pada tahun 2017 terdapat 22 anak, tahun 2018 ada 8 anak. Sedangkan untuk tahun 2019, data hingga Juli terdapat 14 anak neonatus yang meninggal.

"Anak neonatus adalah anak usia 0-28 hari. Ada beberapa hal dilakukan untuk mencegah kematian neonatus, seperti saat ante natal care (ANC) di tempat Posyandu maupun Puskesmas minimal 4 kali selama hamil. Adapun post natal care (PNC), bidan berkunjung ke rumah setidaknya 3 kali kunjungan saat 40 hari pasca persalinan," jelasnya.

Dikatakannya, kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. 

Penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia).
Adapun penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. 

Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan, dan terlambat mendapatkan pertolongan) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran). (Net)

TRENDINGMore